Endless OS Roadshow Surabaya

Mungkin banyak yang masih belum tahu dengan sistem operasi berbasis GNU/Linux yang berpenampilan “cantik” ini, yah, Endless OS namanya. Salah satu dari distribusi GNU/Linux yang berasal dari San Francisco, USA.

Endless OS diperkenalkan di Indonesia pada awal bulan April lalu di Jakarta. Dengan mengusung antar-muka yang menawan serta menawarkan kinerja yang baik meskipun tanpa koneksi internet.

Selasa (17/10/2017), Tim Endless OS mengadakan acara pertunjukan keliling (roadshow) yang bertempat di DILo, Telkom Indonesia Divisi Regional V, Ketintang, Surabaya. Acara ini dihadiri oleh tiga tim Engineer Endless OS dari San Francisco serta satu dari perwakilan Endless OS Indonesia.

Acara pertama dibuka oleh Tim Endless OS dari Indonesia, dia mendemonstrasikan Endless OS yang terinstall di laptop dengan ukuran sekitar 15 Inc. Mulai dari antar muka, pengoperasian, hingga menginstall aplikasi.

Pertama kali melihat saya langsung menduga bahwa Endless OS mengusung GNOME3 sebagai lingkungan desktopnya, hanya saja saya hampir terkecoh dengan tampilan desktopnya, bagaimana tidak, tampilannya bisa dibilang agak-mirip dengan sistem operasi robot hijau yang berjalan di perangkat tablet.

[caption id="" align="alignnone" width="601"] Tampilan Endless OS saat LiveCD[/caption]

Secara kasat mata, GNOME3 di Endless OS memang mendapatkan sentuhan baru dari pengembang, lihat saja pada bagian panel bawah, terdapat tombol start yang dapat digunakan untuk membuka semua aplikasi yang berjalan, serta terdapat tambahan ikon aplikasi di sisi kanannya. Sangat berbeda dari aslinya.

Mengejutkannya lagi, pada saat menginstal aplikasi dari Software Center Endless OS hampir tidak membutuhkan koneksi internet sama sekali. Sistempun tidak meminta autentikasi password seperti halnya standar yang diterapkan di hampir semua distribusi GNU/Linux, meski begitu, pihak Endless mengklaim bahwa sistem yang mereka kembangkan ini mempunyai ketahanan yang sama dengan distribusi lain. Saya sampai dibuat tercenggang bukan main.

Perlu di perhatikan, Endless OS di rilis dengan dua macam distribusi, yaitu Light Distribution atau distribusi dengan sistem minimal dengan ukuran berkas sebesar 1,95 GB dan Full Distribution atau distribusi dengan paket jumlah paket sekitar 100 lebih dengan ukuran berkas mencapai 7,53 GB.

Endless OS juga telah mendukung arsitektur komputer 32 maupun 64 bit. Untuk menjalankan pada arsitektur 32 bit, dibutuhkan minimal RAM sebesar 1 GB dan 2 GB untuk arsitektur 64 bit.

Sesi selanjutnya di lanjutkan dengan diskusi atau talkshow antara peserta dengan pengembang Endless OS. Pada sesi ini sebagian banyak peserta yang bertanya mengenai pengembangan awal Endless OS hingga akhirnya memutuskan untuk di perkenalkan di Indonesia.

Akhir acara, salah satu pengembang Endless dari San Francisco ingin mendengarkan pesan dan kesan peserta terhadap Endless OS, salah satu peserta menjawab “Endless OS is beautiful operating system, easy-to-use, elegant. Most importantly, Endless OS is developed under GNU/Linux”. Di iringi dengan pembagian oleh-oleh berupa DVD installer Endless OS edisi Bahasa Indonesia, bulpoin Endless serta gantungan kunci bertajuk powered by Endless OS.

Nah, seperti apa sih rupa Endless OS ini? nantikan tulisan saya tentang Ulasan Si Cantik Endless OS di VirtualBox pada artikel selanjutnya.

Galeri Acara “Endless OS Roadshow Surabaya”:

[gallery type="rectangular" ids="188,189,190,191,192,193"]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Daftar Rekomendasi Repositori Lokal Debian 11 "Bullseye"

Koneksi Internet Bermasalah di Ubuntu 18.04, Berikut Cara Memperbaikinya

Cara Memperbaiki Masalah "KVM virtualisation is configured, but not available" di Proxmox