GNS3 Akhirnya Bisa Dijalankan tanpa Hak Akses Root

Saat mencoba memperbaiki masalah GNS3 yang tiba-tiba harus dijalankan dengan hak akses root, saya menemui jalan buntu. Tapi berkat pembaruan yang masuk pada 10 Agustus 2020, siang, GNS3 akhirnya bisa dijalankan tanpa hak akses root lagi. It's Magic.

Oiya, jika Anda menemukan tulisan ini di pencarian mesin pencari, Anda bisa mengabaikannya. Artikel ini tidak membahas bagaimana menjalankan GNS3 tanpa akses root melainkan jawaban dari unek-unek saya sebelumnya di artikel GNS3 wajib dijalankan dengan akses root. Ya, ini adalah jawaban dari unek-unek itu.

Entah mimpi apa saya semalam. Pembaruan melalui Software Updater muncul ditengah-tengah meeting. Software Updater menampilkan dua aplikasi yang perlu diperbarui. GNS3 dan KDEnlive.

Sepertinya, ini hanya dugaan awal saya, pembaruan ini memperbaiki beberapa masalah yang sempat saya temui dikeduanya. Ya, tidak hanya GNS3, sebelumnya saya juga menemukan masalah di KDEnlive juga. Dimana saat proses rendering berlangsung KDEnlive tiba-tiba crash.

Notifikasi pembaruan melalui Software Updater
Notifikasi pembaruan melalui Software Updater

Pembaruan saat itu memerlukan pengunduhan berkas dengan ukuran total 25,7 MB. Ukuran yang cukup kecil untuk diunduh dengan WiFi kantor.

Seperti dugaan saya di atas, pasca pemasangan pembaruan ini, GNS3 akhirnya bisa dijalankan tanpa hak akses root. Tanpa konfigurasi tambahan. Tanpa ngutek-ngutek apapun. Cuman pasang pembaruan dan semua berjalan seperti sedia kala.

GNS3 akhirnya bisa dijalankan tanpa hak akses root
Akhinya GNS3 dapat dijalankan tanpa akses root

Fuuuh... Akhirnya gak perlu repot-repot lagi buat troubleshooting. Ini yang dinamakan the power of PPA. Btw, Anda sudah tahu, kan, apa itu PPA?

PPA (Personal Package Archives)

Arsip Paket Personal atau PPA merupakan repositori perangkat lunak pihak ketiga yang didesain untuk pengguna Ubuntu. Paket-paket pihak ketiga ini disimpan di layanan platform kolaborasi perangkat lunak yang dioperasikan langsung oleh Canonical. Platform tersebut bernama Launchpad.

Nah, kembali ke topik GNS3. Di situs dokumentasi pemasangan resmi GNS3, pemasangan GNS3 di Ubuntu dimulai dengan menambahkan PPA ke mesin lokal Anda. Pemasangan PPA ini mengandalkan alat khusus bernama add-apt-repository.

Salah satu manfaat yang paling saya rasakan saat menggunakan PPA ini adalah mendapatkan pembaruan paket stabil terkini lebih awal dari repositori bawaan sistem.

Kenapa bisa seperti itu?

Sepaham saya begini. Pihak Ubuntu telah menetapkan aturan dan seleksi khusus untuk setiap pengembang yang ingin mem-porting aplikasinya ke Ubuntu. Karena proses porting tidak semudah seperti membalikkan telapak tangan, maka diperlukan waktu agar aplikasi tersebut dapat didukung sepenuhnya oleh rilis Ubuntu terkini.

Kalian tahu sendiri, kan, siklus rilis Ubuntu dilakukan semester sekali. Selagi sang pengembang membuat aplikasi penerusnya, mereka juga harus rajin memberikan pembaruan keamanan terhadap aplikasi mereka. Ini bisa menjadi alasan kenapa repositori utama sistem hanya menyediakan paket stabil dengan versi yang agak lama.

Koreksi jika saya salah, ya.

Perbandingan antara paket di repositori sistem dengan PPA
Perbandingan antara paket di repositori sistem dengan PPA

Akhirnya, para pengembang memanfaatkan Launchpad untuk mendistribusikan paket-paket stabil terkini dari aplikasi mereka.

Tujuan utama para pengembang memanfaatkan PPA adalah untuk menguji aplikasi mereka sebelum aplikasi tersebut benar-benar masuk resmi ke repositori sistem.

Anda bisa membandingkan paket aplikasi yang disediakan pengembang melalui PPA maupun repositori utama sistem dengan melihat gambar di atas. Kotak berwarna merah adalah PPA, sedangkan kotak berwarna biru adalah repositori sistem.

Kesimpulan

GNS3 akhirnya bisa dijalankan tanpa hak akses root di laptop saya. Itu judul sekaligus kesimpulan dari tulisan ini. Mau ngetik gimana lagi, wong memang begitu adanya.

Intinya, sih, Anda bisa mendapatkan manfaat lebih saat menggunakan PPA. Seperti pada kasus GNS3 ini, saya langsung mendapat pembaruan yang dapat mengatasi masalah yang belum bisa saya selesaikan sendiri.

Dengan manfaat seperti itu, bukan berarti saya menyuruh Anda mengutamakan pemakaian PPA ketimbang repositori utama sistem, ya. Alangkah lebih bijak jika Anda membaca dahulu panduan pemasangan paket tertentu.

Demikian yang dapat saya ketik dikesempatan kali ini. Semoga bermanfaat buat Anda dan orang-orang yang Anda cintai. Sampai jumpa dilain kesempatan.

See ya!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Implementasi IPv6 TunnelBroker untuk Server WordPress Self Host

Daftar Rekomendasi Repositori Lokal Debian 11 "Bullseye"

Koneksi Internet Bermasalah di Ubuntu 18.04, Berikut Cara Memperbaikinya